Langsung ke konten utama

rangkuman materi sosiologi bab 2 semeter I



Bab 2. Permasalahan Sosial
“Masalah sosial dapat didefinisikan sebagai suatu situasi yang telah mempengaruhi sebagian besar masyarakat sehingga mereka percaya bahwa situasi itu bertanggung jawab atas kesulitan mereka. Situasi itu dapat diubah”

A.         Pengertian Masalah Sosial

Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan sosial. Kata sosial mengacu pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Kata masalah mengacu pada kondisi, situasi atau perilaku yang tidak diinginkan, bertentangan, aneh, tidak benar, dan sulit. 
Ada dua elemen penting yang terkait dengan dengan definisi masalah sosial yaitu;
Pertama, elemen objektif, menyangkut keberadaan suatu kondisi sosial. Kondisi sosial disadari melalui pengalaman hidup kita, media dan pendidikan.
Kedua, elemen subjektif, menyangkut keyakinan kita bahwa kondisi sosial tersebut berbahaya bagi masyarakat dan harus diatasi.
Berdasarkan kedua elemen tersebut, masalah sosial dapat didefinisikan sebagai kondisi sosial yang dipandang oleh suatu masyarakat berbahaya bagi anggota masyarakat dan harus diatasi. Dari definisi ini ada empat hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, penggunaan istilah masalah sosial menunjukan bahwa ada sesuatu yang salah, oleh karenanya perlu dievaluasi karena kondisi tersebut membahayakan manusia.
Kedua, masalah sosial adalah kondisi sulit yang mempengaruhi tidak hanya satu orang tetapi sejumlah besar masyarakat.
Ketiga, definisi masalah sosial mengandung optimisme untuk dapat dirubah.
Keempat, masalah sosial adalah kondisi yang harus dirubah, dengannya perlu ikhtiar untuk melakukan sesuatu.
Permasalahan sosial antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain berbedabeda. Dimana perbedaan tersebut dipengaruhi oleh nilai, keyakinan pengalaman hidup dan periode sejarah.
Beberapa Teori sosiologi tentang permasalahan sosial.
Teori Fungsionalis
Semua bagian masyarakat mempunyai fungsinya masing-masing dalam masyarakat. Semua bagian masyarakat ini saling bekerja sama membangun tatanan sosial yang stabil. Jika salah satu bagian dari masyarakat tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik, terjadilah ketidakteraturan sosial dalam bentuk masalah sosial.
Berdasarkan teori fungsional, ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua pandangan itu berasal dari patologi sosial dan disorganisasi sosial. Menurut patologi sosial, masalah sosial bagaikan suatu penyakit dalam tubuh manusia. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu system, organ atau sel tubuh tidak bekerja dengan baik. Penyakit sosial seperti kejahatan, kekerasan, kenakalan remaja tumbuh dalam masyarakat karena peran institusi keluarga, agama, ekonomi dan politik sudah tidak memadai. Dimana proses sosialisasi atas norma dan nilai tidak berjalan dengan baik. Menurut disorganisasi sosial, masalah sosial bersumber dari perubahan sosial yang cepat, yang mempengaruhi melemahnya norma sosial.
Teori Konflik
Masalah sosial timbul dari berbagai macam konflik sosial, yaitu konflik kelas, rasa tau konflik etnis dan konflik gender. Terdapat dua perspektif teori konflik yaitu teori Marxis dan teori No-Marxis.  Teori Marxis muncul karena ketidaksetaraan kelas sosial. Teori Non-Marxis seperti Ralf Dahrendorf, menaruh perhatian pada konflik yang timbul karena kelompokkelompok mempunyai kepentingan dan nilai yang berbeda.
Teori Interkasi Simbolis
Ada dua teori interaksi simbolis yang berbeda pandangan tentang masalah sosial. Pertama teori pelabelan (labeling theory), suatu kondisi sosial kelompok atau masrakat tertentu dianggap bermasalah, karena kondisi tersebut sudah dicap bermasalah. Kedua teori konstruksionisme sosial, masalah sosial merupakan hasil konstruksi manusia, dimana individu lebih sering berinteraksi dengan orang-orang yang mendefinisikan kejahatan sebagai suatu hal yang positif. Edwin Suterland mengistilahkan hal tersebut sebagai asosiasi diferensial.




B.         Kemiskinan sebagai Masalah Sosial

Secara sosiologis masalah kemiskinan timbul sebagai akibat adanya lembaga kemasyarakatan dibidang ekonomi yang tidak berfungsi dengan baik. Contohnya di bidang produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa.
Kemiskinan adalah kondisi standar hidup yang sangat rendah. Bahkan, kebutuhan dasarpun tidak dapat dipenuhi. Kemiskinan semacam ini disebut kemiskinan absolut. Kemiskinan absolut berbeda dengan kemiskinan relative. Kemiskinan relative mengacu pada kurangnya sumberdaya material dan ekonomi dibading dengan beberapa penduduk lainnya.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor pribadi, faktor geografis, faktor ekonomi dan faktor sosial.
a.      Kemiskinan karena faktor pribadi
§  Penyakit, karena sakit seseorang tidak dapat bekerja dengan baik
§  Penyakit mental
§  Kecelakaan
§  Buta huruf
§  Kemalasan
§  Pemborosan
§  Demoralisasi moral, contoh minum minuman, perjudian, dan kejahatan lain
b.      Kemiskinan karena faktor geografis
§  Iklim dan cuaca yang kurang baik
§  Tidak adanya sumber daya alam yang memadai
§  Bencana alam
c.      Kemiskinan karena faktor ekonomis
§  Sebab-sebab pertanian
§  Distribusi kekayaan yang tidak merata
§  Depresi ekonomi
§  Pengangguran
§  Penimbunan kekayaan yang tidak produktif, seperti pembelian perhiasan.
d.      Kemiskinan karena faktor sosial
§  Sistem pendidikan yang kurang memadai menyebabkan orang yang berpendidikan menganggur dan menjalani kemiskinan
§  Perumahan yang tidak cukup
§  Salah kelola rumah tangga, contoh peribahasa lebih besar pasak daripada tiang.

 

C.         Kriminalitas sebagai Masalah Sosial

Sementara itu kriminalitas adalah satu bentuk penyimpangan, khususnya, perilaku yang melanggar hukum pidana tertentu. Demikian, tidak semua penyimpangan adalah kejahatan. 
Penyimpangan menjadi kejahatan ketika lembaga kemasyarakatan menunjuk penyimpangan tersebut sebagai perilaku yang melanggar hukum atau undang-undang. Tindakan criminal tersebut bukanlah bawaan lahir dan dapat dilakukan oleh pria ataupun wanita dari beragam usia, mulai dari anak-anak sampai dewasa, bahkan mereka yang telah berusia lanjut.
Beberapa faktor yang mendorong timbulnya kejahatan:
1)     Terjadinya perubahan sosial, ekonomi, politik
2)     Pemerintahan yang lemah dan korup
3)     Masalah kependudukan dan kesulitan ekonomi
4)     Sikap mental yang keliru
5)     Kurangnya model (teladan) dan orang yang dituakan (senior)
Terdapat dua penjelasan teoritis tentang sebab timbulnya kriminalitas.
Pertama, teori asosiasi diferensial dari Edwin H. Sutherland, yang menyebutkan bahwa perilaku criminal seperti halnya perilaku lainnya, dipelajari (sosialisasi) ketika seseorang berinteraksi dengan orang yang melakukan kejahatan dalam suatu pergaulan yang intim.
Kedua, teori ketegangan (strain theory) dari Robert Merton, yang menyebutkan bahwa penyimpangan lebih mungkin terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara tujuan yang dianggap baik oleh masyarakat dan cara untuk memperolehnya.

Penanggulangan segala bentuk tindakan kriminal dapat dilakukan dengan cara preventif (sebelum kejadian) ataupun represif (setelah kejadian). Preventif adalah cara penanggulangan dengan pola mencegah, seperti imbauan atau penyuluhan. Cara represif adalah cara penanggulangan dengan pola keras, seperti penangkapan, pemenjaraan sampai pada penembakan atau pembunuhan.

D.         Kesenjangan Sosial-Ekonomi sebagai Masalah Sosial

Secara etimologis, kesenjangan berarti tidak seimbang, tidak simetris, atau berbeda. Terdapat dua bentuk kesenjangan, yaitu kesenjangan klasik dan kesenjangan baru. Kesenjangan klasik mencakup perbedaan kelas, status, kekayaan, dan prestise yang dimediasi oleh gender, pendapatan dan pendidikan. Kesenjangan baru mengikuti kesadaran yang lebih besar akan kompleksitas global yang meningkat dan adanya rentang pilihan yang lebih besar, seperti pola konsumsi, gaya hidup, dan dinamika identitas. 
Kesenjangan sosial mengacu pada cara pengkategorian orang berdasarkan karakteristik, seperti usia, jenis kelamin, kelas dan etnisitas berkaitan dengan akses ke berbagai layanan dan produk sosial, seperti pasar tenaga kerja, sumber pendapatan, pasar perumahan, pendidikan dan system kesehatan dan bentuk-bentuk perwakilan dan partisipasi politik. Kesenjangan sosial ini dibentuk oleh berbagai faktor structural seperti, lokasi geografis, atau status kewarganegaraan, dan oleh wacana dan identitas budaya.
Kesenjangan sosial ekonomi mengacu pada kontras antara kondisi ekonomi orang yang berbeda atau kelompok yang berbeda dalam masyarakat yang melaksanakan pembangunan atau modernisasi. Hal ini terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.
Semakin besar perbedaan untuk mendapat kesempatan-kesempatan tersebut, semakin besar pula tingkat kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat, demikian sebaliknya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi :
a.      Menurunnya pendapatan perkapita sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang relative tinggi tanpa diimbangi dengan produktivitas
b.      Ketidakmerataan pembangunan antardaerah sebagai akibat kebijakan politik dan kekurangsiapan SDM
c.       Rendahnya mobilitas sosial sebagai akibat sikap mental tradisional yang kurang menyukai persaingan dan kewirausahaan.

E.         Ketidakadilan sebagai Masalah Sosial

Ketidakadilan pada umumnya menyakut masalah pembagian sesuatu terhadap hak seseorang atau kelompok yang dilakukan secara tidak proporsional. Ada beberapa bentuk ketidakadilan,
a.      Stereotip
Adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseorang berdasarkan kategori kelompoknya. Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun nonverbal. 
Stereotip dapat berbentuk postif, contoh, “Indonesia adalah bangsa yang ramah”, maupun negative, contoh, “orang-orang di pulau itu malas”
b.      Marginalisasi
Adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu dengan lembaga sosial utama, seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga sosial ekonomi lainnya. Marginalisasi orang selalu melibatkan kemampuan penduduk yang dominan untuk melaksanakan beberapa tingkat control dan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Kelompok atau individu yang marjinal sering dikecualikan dari layanan, program, dan kebijakan. c. Subordinasi
Subordinasi atau penomorduaan adalah pembedaan perlakukan terhadap identitas sosial tertentu. Dimana umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah kelompok minoritas. d. Dominasi
Adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang atau kelompok untuk sejauh bahwa mereka bergantung pada hubungan sosial dimana beberapa orang atau kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-sewenang atas mereka. Ada beberapa bentuk dominasi diantaranya, perbudakan, rezim diskriminasi sistematis terhadap kelompok minoritas, rezim politik colonial, despotism, totalitarianism, kapitalisme, dan feodalisme.


oleh i komang suarjana




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Design baju polo shirt

Design polo shirt.(semoga bisa bermanfaat)